Sedikit Tentang Desa Sepa dan Nueletetu

19 Juni 1993
Tentang perang desa itu (TEMPO 22 Mei, Nasional) perkenankan kami sampaikan latar belakang sebenarnya. 1. Pemakaian kata ''desa'' untuk Nueletetu adalah salah. Nueletetu adalah sebuah dusun bersama empat dusun lainnya (termasuk empat dusun yang penduduknya adalah suku terasing). 2. Kepala Polres Maluku Tengah, Letkol Adi Sutisna, menurut statusnya, adalah aparat keamanan. Kami sangat menghargai tindakannya dalam mengatasi permasalahan tersebut walaupun ada cacatnya: salah satu anggotanya menembak langsung salah seorang warga Desa Sepa, yang hingga kini masih dirawat. 3. Dasar perkelahian seperti yang ditulis TEMPO bukan semata- mata soal perbatasan desa. Akar permasalahan yang sebenarnya:

I. Nueletetu ketika masih primitif berada di bawah lindungan masyarakat Desa Sepa. Mereka dilindungi dari perang antarsuku, sejak lebih kurang 150 tahun yang lalu. Setelah Belanda berhasil mengkristenkan mereka, bergabunglah mereka dengan pengikut Belanda lainnya dan bersama Belanda mulai memusuhi masyarakat Sepa sehingga mengakibatkan berkobarnya perang Masalane, dan perang Kariele.

II. Rasa dendam mereka bersama Belanda ini berlarut-larut karena tokoh-tokoh masyarakat Sepa adalah para patriot yang bersama Pattimura, yang nama kecilnya bukan Thomas Matulessy seperti termaktub dalam lembaran sejarah, tapi Achmad Patty (Hallata Patty), dan kapitan lainnya menyerang benteng Belanda di Huamoal (Perang Huamoal), benteng Druztede di Saparua (Perang Pattimura). Sang kapitan (Achmad Patty) menetap di Desa Sepa, dan kini anak cucu dan kuburannya ada di Sepa. Hal inilah yang menimbulkan kebencian terhadap masyarakat Sepa.

III. Setelah adanya RMS (yang oleh sementara penduduk disebut Republik Maluku Sarani, bukan Republik Maluku Selatan yang dikenal selama ini), masyarakat dusun tersebut diajak oleh RMS untuk menentang pemerintah yang sah, dan ikut bersama RMS membakar Desa Sepa (tahun 1951 dan 1952) secara membabi buta.

IV. Sebab lain adalah dua orang warga transmigrasi lokal yang terbunuh sebagaimana yang diberitakan TEMPO beberapa bulan lalu, mempunyai saudara di dusun ini. Karena proses pengadilan atas perkara tersebut tidak memberikan rasa puas di Nueletetu, mereka ingin membalas dendam kepada masyarakat Sepa. Demikian penjelasan kami. Semoga Allah swt. selalu memberikan petunjuk kepada kita semua. ABBAS TIHURUA, USMAN S., TIHURUA Warga Masyarakat Desa Sepa di Jakarta

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP